MAKALAH - Penyelesaian Masalah Melalui Gestalt Theory, Problem Space Theory, Analogy in Problem Solving (POLITEKNIK NEGERI MALANG)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap manusia dalam hidupnya selalu menemui
permasalah. Dalam pekerjaan, pertemanan, kisah cinta, dan dalam aspek apapun.
Setiap permasalahan selalu ada jalan keluar. Tuhan menciptakan selalu
berpasangan. Wanita dengan pria. Raja dengan ratu. Masalah dengan penyelesaian.
Banyak cara yang bisa diambil dalam mencari jalan keluar dari masalah.
Tak hanya manusia yang menemuia masalah,
dalam matematikapun sering menenukan masalah. Dengan penyelesaian secara logika
maupun teoritis masalah tersebut bisa terpecahkan.
Keran banyaknya masalah yang timbul
diakibatkan karena aspek yang bermacam – macam, maka banyak ilmuan yang membuat
teori – teori utnuk menyelesaikan berbagai masalah. Bisa dalam segi psikologi,
segi religi, segi analisis, dan lain sebagainya.
1.2
Tujuan dan Manfaat
Diharapkan
setelah membaca makalah ini pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan dandapat
menyelesaikan masalah dengan teori yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gestalt Theory
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman (1992) dipelopori oleh Max Wetheimer (1880 – 1943)
yang tidak dapat diterjemahkan menjadi satu kata tunggal dalam bahasa Inggris.
Kata Gestalt menggambarkan suatu konfigurasi atau bentuk yang utuh.
Istilah Gestalt mengacu pada sebuah objek atau figur yang utuh dan
berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
2.1.1. Sejarah Lahirnya Teori
Gestalt
Psikologi Gestalt berasal
dari gerakan intelektual Jerman yang sangat dipengaruhi oleh berbagai model
akademi Wurzburg terdahulu dan pendekatan fenomenologis terhadap ilmu
pengetahuan.
Para Gestaltis awal
secara langsung menentang psikologi struktural Wundt dan sangat berhasil dalam
meneruskan tradisi Brentano dan Stumpf
Brentano dan Stumpf merupakan tokoh
dominan dalam upaya untuk melepaskan psikologi dari batasan-batasan formulasi
Wundt yang kaku.Wundt memperkenalkan suatu sistem yang utuh yakni psikologi
struktural yang membatasi ilmu baru tersebut pada pandangan tentang isi-isi
mental sebagai sesuatu yang sepenuhnya bergantung pada input sensorik.
Psikologi Gestalt diawali dan
dikembangkan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang
Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfir intelektual yang
menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman dan ketiganya kemudian melarikan diri
dari kejaran Nazi dan bermigrasi ke Amerika
2.1.2. Tokoh-Tokoh Teori Gestalt
Adapun tokoh-tokoh teori Gestalt
antara lain :
1. Max Wertheimer
Max Wertheimer lahir di
Prague/ Praha pada tanggal 15 April 1880. Dia belajar bersama Stumpf di Berlin
selama beberapa tahun. Kemudian mendapat gelar doktoralnya dari Kulpe di
University of Wurzburg pada tahun 1904-1910.
Wertheimer pergi ke
Institut Psikologi University of Franfurt yang pada akhirnya dipertemukan
dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka yang kemudian menjadi subjek
eksperimennya.
Wertheimer merupakan
kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi Gestalt. Pada
tahun 1933, dia pergi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dari berbagai
masalah yang terjadi di Jerman.
Di sana dia menulis buku terkenalnya
“Productive Thinking” yang berisi tentang psikologi kognitif dalam
perspektif Gestalt, yang dipublikasikan pada tahun 1945 setelah kematiannya
oleh anaknya.[2]
2.
Wolfgang
Kohler.
Wolfgang Kohler lahir pada
tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph. Dan pada
tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute
Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer.
Tahun 1913 mendapat tugas belajar ke
Antrhopoid Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai
tahun 1920.
Pada tahun 1917 ia menulis buku
paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1925 dengan judul The Mentality
of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur laboratorium
psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai pensiun.
3. Kurt Koffka
Kurt Koffka lahir pada
tanggal 18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D dari University
of Berlin pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi
ke University of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di
sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An Introduction To Child
Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psychological
Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca Amerika
Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di
Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychology”
Teori gestalt memiliki beberapa prinsip,antara lain yaitu:
1.
Interaksi
antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap
perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia
sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan
fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi
makna yang dibentuk.
2.
Prinsip-prinsip
pengorganisasian:
·
Principle of
Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
·
Principle of
Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang
sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
·
Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan
mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.
·
Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan
kesinambungan pola.
·
Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa
orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang
tidak lengkap.
·
Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa
setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar
belakang. Penampilan suatu obyek seperti
ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan
penafsiran antara latar dan figure. Contoh:
perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
·
Principle of
Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
Aplikasi
Teori Gestalt berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku
paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah
2.1.3. Teori Belajar Menurut
Psikologi Gestalt
Teori ini seringkali pula disebut Field
Theory atau Insight Full Learning atau Insight Learning
(pembelajaran mendalam).
Menurut para ahli psikologi Gestalt, “manusia bukan sekedar makhluk
reaksi yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang
mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani
rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar
melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi
kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi
buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung
kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang
ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih
cara bagaimana ia bereaksi dstimuli mana yang diterimanya dan mana yang
ditolaknya.”
Dengan demikian, maka belajar
menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar asosiasi antara stimulus-stimulus
yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan.
Belajar menurut psikologi Gestalt
terjadi jika ada pengertian (Insight). Insight akan muncul
apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah,
tiba-tiba muncul kejelasan, dimengerti maknanya.
Belajar adalah suatu proses rentetan
penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar
memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur, menyusun kembali
pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan
kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.
Belajar adalah berkenaan dengan
keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan
lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk
persepsi, imajinasi dan pandangan baru, kesemuanya secara bersama-sama
membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu
melakukan pemecahan masalah.
Walaupun demikian, pemahaman (Insight)
itu barulah berfungsi kalau ada persepsi atau tanggapan terhadap masalahnya,
memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya.
Jadi, secara singkat belajar menurut
psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut : pertama, dalam
belajar faktor pemahaman atau pengertian (Insight) merupakan faktor yang
penting. Dengan belajar kita akan dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau organisme
memegang peranan yang sangat sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara relative-mekanistic,
tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan
2.2 Problem Space Theory
Dikemukakan oleh Newel Simons yang mengatakan bahwa pemecahan
masalah oleh manusia dilakukan dengan mengenali sumber masalah serta tujuan
yang akan dicapai, kemudian menganalisa cara-cara yang bisa dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh dalam penggunaan perangkat lunak
adalah jika seorang pengguna ingin melakukan proses copy paste dalam lingkup
operasi pengolah kata Microsoft Word, maka pengguna dapat mencari cara dengan
menggunakan menu Edit atau langsung dengan menggunakan tombol pintas yang telah
dihafal sebelumnya.
Problem space
ini mungkin saja berukuran besar maka digunakan mekanisme pencarian (heuristic) untuk memilih operator agar
dapat mencapai tujuan. Salah satu mekanisme heuristic
adalah means-ends analysis. Pada means-ends analysis, state awal
dibandingkan dengan state tujuan dan operator digunakan untuk mengurangi
perbedaan yang ada.
Fitur penting problem space adalah model ini
beroperasi dalam batasan sistem pemrosesan informasi yang dimiliki manusia.
Sehingga pencarian solusi dibatasi oleh kapasitas short-term memory dan
kecepatan penerimaan informasi. Pengalaman yang dimiliki manusia membantu dalam
pemecahan masalah menjadi lebih mudah.
2.3 Analogy in Problem Solving
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual
dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
tepat dan cermat. Problem solving yaitu
suatu pendekatan dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis
kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap
application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Berpikir memecahkan masalah
dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan
berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat
dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru
bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda,
gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup
problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu tidak penting.
Penguasaan informasi itu perlu untuk memperoleh konsep, keduanya itu harus
diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu
pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving.
Selanjutnya problem solving merupakan taraf
yang harus dipecahkan dengan cara memahami sejumlah pengetahuan dan ketrampilan
kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah individu yang
bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem solving
yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving
dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban
yang dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik
dalam problem
solving model matematika.
Kita menggunakan problem solving
ketika kita ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi kita tidak dapat segera
memiliki jalan yang cocok untuk mencapai tujuan. Ada 4 aspek untuk problem solving : (1). memahami problem, (2). pendekatan problem solving
(3). faktor yang mempengaruhi problem solving (4). Kreativitas.
2.3.1 Teori Penyelesaian Masalah – Analogi
·
Permasalahan yang
baru diselesaikan dengan menggunakan pengetahuan dari domain yang serupa
dalam domain baru-pemetaan secara analogi.
·
Pemetaan secara analogi kemungkinan sulit jika domainnya secara semantik berbeda.
2.3.2 Langkah-Langkah Problem Solving
Terdiri
dari tiga langkah untuk problem solving, dengan demikian konsep problem solving
ini bukan teori belaka, tetapi telah terbukti keberhasilannya.
Adapun tiga langkah problem solving adalah :
Adapun tiga langkah problem solving adalah :
a.
Mengidentifikasi masalah secara tepat
Secara konseptual
suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara
nerja actual dan targetkinerja (T ) yang diharapkan, sehingga
secara simbolik dapat dituliskan bersamaan; M=T – A.berdasarkan konsep seorang
problem solver yang professional harus terlebih dahulu nanpu mengetahui berapa
atau pada tingkat mana kinerja actual saat ini, dan berapa atau tingkat mana
kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama
kita kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja actual kita sekarang dan
kapan waktu pencapain target kinerja itu.
b. Menentukan sumber dan akar penybab dari masalah
Suatu solusi masalah
yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan akar-akar dari
masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah
tersebut.
c. Solusi
masalah secara efektif dan efisien.
Adapun
langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien yaitu:
- Mendefinisikan secara tertulis
- Membangun diagram sebab akibat
yang dimodifikasi untuk mendefinisikan : a) akar penyebab dari
masalah itu, b) penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun
dapat diperkirakan
- Setiap akar penyebab dari
masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab akibat . sedangkan penyebab
yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat itu secara
tersendiri
- Mendefiisikan tindakan atau
solusi yang efektif melalui memperhatikan dan mempertimbangkan :
a)pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab –penyebab itu, b)
tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita, dan c)
memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.
- Menerapkan atau melakukan
implementasi atau tindakan-tindakan yang diajukan.
Metode
problem solving ini menekankan
pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah,
praktis, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap
objektif, jujur dan terbuka.
Sedangkan
kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran
mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak
efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
DAFTAR PUSTAKA
Gestalt
Theory (Wertheimer). dipungut 26 Maret 2013. http://www.instructionaldesign.org/theories/gestalt.html
2012, 20 Mei. Pengertian
Problem Solving.dipungut 26 Maret 2013. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-problem-solving.html
Komentar